LAPORAN PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL UJI PELARUTAN
LAPORAN
PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL
UJI
PELARUTAN
NAMA : NOVIA NURFAJRIANTY
NPM : 16020089
GROUP : K3
DOSEN : KHAIRUL U., S.ST., M.T
ASISTEN : LUCIANA, S.Teks, M.Pd / WITRI A.
S., S.ST
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 1.1 LATAR
BELAKANG
Pemeriksaaan
serat dengan cara uji pelarutan merupakan suatu pengujian serat dengan
mengetahui sifat ketahanan serat terhadap pelarut/zat kimia yang secara visual
apakah serat tahan pada zat kimia atau hancur/larut pada kimia. Pengujian yang
akan dilakukan relatf lama dan harus sangat berhati-hati dalam melakukannya.
Pemeriksaan serat dengan cara pelarutan merupakan identifikasi serat yang
paling kompleks dan yang paling penting. Dengan pemeriksaan serat dengan cara
pelarutan ini, kita dapat membedakan apakah serat yang diidentifikasi itu serat
apa. Biasanya uji pelarutan dilakukan setelah uji pembakaran dan uji mikroskop.
Misalnya serat A diuji pembakaran menghasilkan bau kertas terbakar, hal ini
membuktikan bahwa serat A merupakan serat selulosa, maka hal yang selanjutnya
dilakukan yaitu fokus kepada pengujian dengan cara mikroskopik, karena dengan
uji mikroskopik kita dapat mengidentifikasi secara rinci bahwa serat A
merupakan serat apa, apakah serat kapas, atau rami dan sebagainya. Dan contoh
lain misalnya serat B diuji pembakaran menghasilkan bau plastik terbakar, hal
ini membuktikan bahwa serat B merupakan serat buatan, maka hal yang selanjutnya
dilakukan yaitu fokus kepada pengujian dengan cara pelarutan, karena dengan uji
kita dapat mengidentifikasi serat B merupakan serat poliamida, poliakrilat,
poliester dan sebagainya. Jika serat B diuji dengan cara mikroskopik maka tidak
akan akurat hasil identifikasinya karena penampang melintang dan penampang
membujur dari serat buatan relatif sama bentuknya. Maka hal yang paling tepat
untuk mengidentifikasi serat B yaitu dengan cara uji pelarutan.
1.2
1.2 MAKSUD
DAN TUJUAN
Untuk
melakukan identifikasi serat cara pelarutan dengan mengamati ketahanan serat
terhadap pelarutan dan juga akan menjadi dasar dalam melakukan uji kuantitatif
serat pada suatu bahan tekstil.
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 2.1 SERAT
TEKSTIL (BESERTA SIFAT KIMIA-NYA)
Serat
tekstil adalah suatu benda yang memiliki perbandingan antara panjang dan
diameter sangat besar. Serat dapat digunakan sebagai serat tekstil harus
memenuhi persyaratan diantaranya adalah panjang, fleksibilitas, dan kekuatan.
Serat tekstil merupakan bahan dasar pembuatan benang dengan cara dipintal,
benang yang telah jadi kemudian ditenun atau dirajut menjadi kain. Kain ini
terbentuk dari serat tekstil yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan
kain seperti dilihat dipasaran ataupun kain yang sudah dijadikan pakaian jadi.
Serat tekstil secara
garis besar dapat dikelompokkan atas dua serat yaitu serat alam yang berasal
dari alam dan serat buatan merupakan serat yang halus dibuat terlebih dahulu
karena belum tersedia di alam dalam bentuk serat.
A.
Serat
Kapas
·
Pengertian
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang
yang sangat bervariasi dari elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk
seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita yang
terpuntir.
·
Sifat Kimia
1)
Pengaruh asam
Selulosa tahan
terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan menyebabkan kerusakan.
Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa
(hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan
kekuatan tarik selulosa.
2)
Pengaruh alkali
Alkali mempunyai
pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan menggelembungkan serat
kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih
air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.
3) Pengaruh
panas
Serat kapas tidak
memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada suhu 120OC
selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan
kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4)
Pengaruh oksidator
Oksidator dapat
mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa, rantai molekul selulosa
terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang
mengubah gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam
suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan cincin
glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan pemutusan
rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada
proses pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.
B.
Serat
Rayon Viskosa
·
Pengertian
Serat rayon viskosa merupakan jenis serat buatan
yang bahan bakunya berasal dari alam, yakni dari kayu dengan kadar selulosa
tinggi. Selulosa merupakan unsur utama dalam serat rayon viskosa, sehingga
sifat kimia serat rayon viskosa hampir sama dengan sifat kimia dari serat
selulosa lainnya seperti kapas. Serat rayon viskosa berasal dari polimer
selulosa dengan derajat polimerisasi minimal 1.000 yang diproses regenerasi
menjadi polimer dengan derajat polimerisasi sekitar 350
·
Sifat Kimia
Kerusakan kimia disebabkan oleh asam kuat, oksidator dan alkali pekat yang
mengakibatkan hidroselulosa dan oksiselulosa.
1)
Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat
selulosa karena terjadi reaksi hidrolisa pada jembatan glukosida sehingga
terjadi pemutusan rantai molekul selulosa. Reaksi ini akan mengakibatkan
pendeknya rantai molekul sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik. Pengaruh
asam pada konsentrasi dan suhu rendah tidak menimbulkan kerusakan asalkan
segera dilakukan proses penetralan setelah pengerjaan selesai.
2)
Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan
pemutusan rantai molekul sehingga menurunkan kekuatan serat secara
perlahan-lahan.
3)
Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti
NaOCl. Oksidasi dalam suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan rantai, namun
terjadi pembukaan rantai cincin glukosa sehingga penurunan kekuatan tarik tidak
terlalu besar.
C.
Serat
Rami
·
Pengertian
Rami
merupakan serat tumbuh-tumbuhan jenis Boehmeria Nivea. Selulosa mempunyai rumus
(C6H10 O5)n, dimana “n” merupakan derajat
polimerisasinya dan sebagian besar serat rami (± 75 %) terdiri dari selulosa.
Analisa
Frenderberg, Haworth dan Braun dalam buku Tekstil Fiber menunjukkkan bahwa
selulosa dibentuk oleh cindin glukosa, sehingga dapat disebutkan bahwa struktur
serat selulosa merupakan kesatuan dari anhydro glukosa yang dihubungkan satu
dengan yang lainnya oleh jembatan oksigen pada kedudukan 1 – 4
·
Sifat Kimia
1)
Pengaruh asam
Serat rami
dapat turun kekuatannya atau rusak dalam beberapa kondisi Asam kuat. Adanya
asam akan menghidrolisa selulosa menghasilkan Hidroselulosa.
2)
Pengaruh Alkali
Serat rami
tahan terhadap Alkali, larutan alkali encer tidak mempengaruhi serat meskipun
pada suhu mendidih apabila tidak ada udara. Oksigen dari udara dapat
menyebabkan terjadinya Oksiselulosa.
3)
Pengaruh Panas
Serat rami
mempunyai ketahanan yang baik terhadap panas. Warna serat akan berubah
kekuning-kuningan bila dipanaskan pada suhu 1200C selama ± 5 jam.
Sedangkan dalam waktu beberapa menit dengan suhu 2400C serat akan
rusak.
4)
Pengaruh Bakteri dan Jamur
Serat rami
sangat tahan terhadap bakteri dan jamur.
D.
Serat
Sutera
·
Pengertian
Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis
serangga yang disebut Lepidoptera. Serat sutera berbentuk filament,
dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies utama dari
ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.
·
Sifat Kimia
Sutera tidak
dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan dirusak oleh asam
kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali
meskipun dalam konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran
pada kekuatannya. Sutera tahan terhadap semua pelarut organic, tetapi larut
didalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilena diamida.
Sutera kurang
tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari, tetapi
lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat
alam yang lain.
E.
Serat
Wool
·
Pengertian
Wool berasal dari bulu biri-biri,
kelinci angora, rambut kuda, atau domba. Wol selain mengandung protein juga
mengandung belerang. Wol telah mulai dipakai lebih kurang 4000 tahun sebelum
Masehi di Mesir. Serat wol dapat dibagi atas wol halus, wol sedang dan wol
kasar atau wol permadani.
·
Sifat Kimia
1) Di dalam air
serat wol menggelembung, tetapi setelah kering akan kembali ke bentuk semula.
2) Wol dapat
bereaksi dengan asam kuat atau lemah, tetapi tidak larut.
3) Wol mudah
rusak dalam alkali.
4) Wol tahan
terhadap jamur dan bakteri, tetapi bila wol telah dirusak oleh zat kimia,
terutama alkali maka wol mudah diserang serangga dan jamur, yaitu kekuatan
menurun, warna berubah, dan serat dimakan serangga.
5) Finising wol
dengan formaldehida bertujuan melindungi serat terhadap alkali, kaustik soda,
dan sterilisasi.
6) Wol dapat
dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.
F.
Serat
Poliester
·
Pengertian
Serat poliester
merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki keteraturan struktur
rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan, sehingga gaya
antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur.
Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan
hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut, oleh
karena itu serat poliester sulit didekati air atau zat warna. Serat ini dibuat
dari asam tereftalat dan etilena glikol.
·
Sifat Kimia
Poliester tahan asam
lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin. Poliester tahan
basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator, alkohol,
keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut dalam
metakresol panas, asam trifouro asetat-orto-cloro fenol.
G.
Serat
Poliakrilat
·
Pengertian
Serat poliakrilat
merupakan serat buatan yang terbentuk dari polimer sintetik yaitu vinil
sianida. Serat ini sangat kuat, hidrofob dan sukar dicelup. Penelitian mengenai
serat poliakrilat dimulai di Amerika pada tahun 1938 dan produk pertama yang
dikomersialkan dengan nama dagang Orlon pada tahun 1950 oleh Du Pont. Kemudian
Chemstrand Corporation memperkenalkan Acrilan pada tahun 1952, Dow Chemical
mula mengkomersilkan produknya, Zefran pada tahun 1958, dan American Cyanamid
memperkenalkan Creslan pada tahun 1959.
·
Sifat Kimia
1)
Ketahanan terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya
memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asam-asam mineral dan pelarut,
minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali lemah tetapi
dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
2)
Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat
tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada pemanasan 150oC
selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat dapat
mengalami perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan
diteruskan. Setelah pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat
berwarna hitam, kekuatan tarik lebih dari setengah kekuatan awal. Selain itu
serat menjadi sangat stabil terhadap pemanasan lebih lanjut meskipun dibakar
dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan
dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat rantai-rantai molekul putus,
namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali molekul-molekul
menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan timbul
gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat serat tidak larut
dalam pelarut-pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan serat poliakrilat.
H.
Serat
Poliamida (Nylon)
·
Pengertian
Poliamida adalah
polimer yang terdiri dari monomer amida yang tergabung dengan ikatan peptida.
Poliamida dapat terbentuk secara alami ataupun buatan. Salah satu bentuk
poliamida alami yaitu protein, seperti wol dan sutra. Poliamida dapat dibuat
secara artifisial melalui polimerisasi atau sintesis (fase padat). Contoh
poliamida buatan diantaranya nilon, aramid dan sodium poly(aspartat). Poliamida
biasanya digunakan dalam industri tekstil, otomotif, karpet dan pakaian olahraga
karena memiliki sifat kuat dan daya tahan yang ekstrim.
·
Sifat Kimia
Sifat
poliamida tergantung dari senyawa penyusunnya. Secara umum, serat poliamida
mempunyai penampang membujur berbentuk silinder dan penampang melintang bulat.
Serat nylon dibuat untuk berbagai tujuan, seperti untuk keperluan industri
dibuat serat dengan kekuatan tinggi dan mulur kecil, sedangkan untuk tekstil
pakaian dibuat dengan kekuatan yang tidak terlalu tinggi dan mulur yang agak
tinggi.
Serat
poliamida tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. Serat ini
juga sangat tahan basa, rusak dalam asam kuat.dan
dapat dicelup dengan zat warna dispersi asam dan basa.
I.
Serat
Rayon Asetat
·
Pengertian
Rayon
Asetat terdiri dari senyawa selulosa asetat yang diidentifikasi sebagai selulosa
– garam selulosa. Oleh karena asetat memiliki kualitas yang berbeda
dibandingkan dengan rayon.
Rayon
Asetat adalah termoplastik dan dapat dibentuk menjadi bentuk apa pun dengan
aplikasi tekanan yang dikombinasikan dengan panas. Serat asetat memiliki
retensi kondisi yang baik.
Rayon asetat digunakan untuk bahan
kain tenun dan pakaian wanita (baju daster). Karena pegangannya lembut dan
hangat, rayon asetat juga digunakan untuk bahan leher baju kemeja. Rayon asetat
digunakan pula untuk tekstil rumah tangga, seperti isolasi listrik dan
penyaring pada rokok.
·
Sifat Kimia
Rayon asetat larut
dalam asam kuat dan aseton
J.
Serat
Rayon Cuproamonium
·
Pengertian
Serat rayon cupramonium
adalah selulosa yang diregenerasi, maka sifatnya dalam banyak hal sama dengan
rayon viskosa. Perbedaan sifat-sifatnya antara rayon kupramonium sangat halus, rata-rata
1,2 lenier per filamen, kekuatan rayon kupramonium berkurang dalam keadaan
basah, lebih mulur diwaktu basah dari pada waktu kering, dan rayon kupramonium
dapat terbakar, pada suhu 1800C rusak, dan kekuatannya berkurang oleh sinar matahari.
Dalam pembakaran akan meninggalkan abu yang mengandung sedikit sekali tembaga. Rayon
kupramonium terutama digunakan untuk pakaian, kaos kaki wanita, pakaian dalam
dan kebanyakan untuk kain kain dengan mutu baik. Kehalusan filamennya
memberikan sifat lemas dan drape yang baik (sifat gelombang yang baik).
·
Sifat Kimia
Sifat kimia rayon
kupramonium sama dengan rayon viskosa. Rusak oleh alkali, kuat, tetapi tahan
alkali lemah dan zat-zat oksidator. Pemutihan dapat dilakukan dengan larutan
hipoklorit dalam suasana sedikit basah atau dengan hydrogen peroksida.
Pencelupan rayon kupramonium sama dengan pencelupan rayon viskosa. Rayon
cuproamonium larut dalam asam kuat.
2.2 2.2 UJI
PELARUTAN
Uji
pelarutan berhubungan erat dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Uji ini
sangat penting terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi
hampir sama. Pada serat buatan yang memiliki struktur molekul berbeda satu sama
lain akan memiliki sifat kelarutan yang berbeda pula terhadap pelarut kimia.
Dengan melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut, dapat disimpulkan jenis
seratnya. Prinsip pengujiannya adalah melarutkan serat pada bermacam-macam
pelarut kemudian diamati sifat kelarutannya, apakah serat tersebut tahan atau
hancur/larut terhadap macam-macam pelarut. Cara pelarutan ini dapat dilakukan
dalam kaca arloji atau tabung reaksi yang mengandung pelarut. Untuk memeriksa
kelarutan serat sebaiknya digunakan pengaduk kaca dan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas bisa dilakukan di bawah mikroskop.
Pelarut
yang umumnya digunakan ialah:
· Kalium
hidroksida (KOH) 10% dan Natrium hidroksida (NaOH) 10%
Pada suhu kamar dan mendidih akan
melarutkan serat protein.
· Natrium
hidroksida (NaOH) 45%
Pada suhu mendidih akan melarutkan serat
poliester.
· Asam
khlorida 1:1
Larutan ini dibuat dari asam khlorida
dengan berat jenis 1,19 (37,5%) diencerkan dengan air dalam jumlah yang sama.
Larutan ini melarutkan nylon pada suhu kamar dalam waktu 10 menit, tetapi tidak
melarutkan serat lain.
· Asam
sulfat (H2SO4) 59,5%
Asam sulfat 59,5 % biasa dipergunakan
untuk melarutkan serat rayon viskosa pada suhu kamar selama 20 menit. Selain
itu dapat melarutkan serat nylon, sutera dan melarutkan sebagian serat kapas
(tidak seluruh bagian kapas larut).
· Asam
sulfat (H2SO4) 70%
Asam sulfat dengan konsentrasi 70% pada
suhu 38oC selama 20 menit, akan melarutkan serat kapas secara
sempurna.
· Asam
nitrat (HNO3)
Pada suhu kamar selama 5 menit akan
melarutkan serat wol, poliakrilat dan nylon.
· Asam
formiat (HCOOH)
Asam formiat akan melarutkan serat nylon
dengan sempurna pada suhu kamar selama 5 menit.
· Aseton
Pelarut ini dipergunakan untuk
membedakan serat rayon viskosa dan serat rayon asetat, sebab hanya akan
melarutkan serat rayon asetat.
· Natrium
hipoklorit (NaOCl)
Serat protein akan larut sempurna dalam
pelarut ini pada suhu kamar dalam waktu 20 menit.
· Dimetil
formamida (DMF)
DMF pada suhu 90oC selama 10
menit, biasa dipergunakan untuk melarutkan serat poliakrilat.
· Metil
salisilat
Pada suhu mendidih, akan melarutkan
serat poliester.
· Meta
Cresol
Pada suhu mendidih 139oC
selama 5 menit, akan melarutkan serat poliester.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
yang dipergunakan
·
Rak tabung reaksi
·
Tabung reaksi
·
Batang pengaduk kaca
·
Penjepit kayu
·
Alat pelindung diri
·
Piala gelas 300 mL
·
Pembakar bunsen gas
·
Penangas air
B. Bahan
dan zat kimia
·
Bermacam-macam zat kimia/pelarut:
·
KOH 10%
·
NaOH 10%
·
NaOH 45%
·
HCl 1:1
·
H2SO4 59,5%
·
H2SO4 70%
·
HNO3
·
HCOOH
·
Aseton
·
NaOCL
·
Metil Salisilat
·
Bermacam-macam serat:
·
Serat kapas
·
Serat rayon viskosa
·
Serat rami
·
Serat wool
·
Serat sutera
·
Serat poliester
·
Serat poliakrilat
·
Serat poliamida (nylon)
·
Serat campuran poliester-kapas
·
Serat campuran poliester-rayon
·
Serat campuran poliester-wool
3.2
CARA KERJA
§ mL
pelarut yang digunakan, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan hati-hati.
§ Beberapa
helai serat yang akan diuji digulung-gulung membentuk gumpalan (jangan terlalu
banyak), dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi pelarut.
§ Serat
yang berada di dalam pelarut diaduk-aduk dan diamati kelarutannya selama 10
menit. Pengerjaan ini dilakukan sebanyak 3x atau selama 30 menit.
§ Pada
pelarut KOH 10%, NaOH 45%, jika setelah 10 menit ternyata serat tidak larut,
maka pelarut yang berisi serat dapat dipanaskan dan amati kelarutannya selama
10 menit dalam keadaan panas.
§ Catat
semua sifat kelarutan serat pada masing-masing jenis pelarut pada lembar hasil
pemeriksaan.
§ Khusus
untuk pelarut metil salisilat, praktikum dilakukan langsung melakukan pelarutan
serat pada suhu pelarut yang mendidih.
BAB IV
HASIL
(terlampir)
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada identifikasi serat
dengan cara uji pelarutan, serat yang larut dalam pelarut akan hancur dan
menyatu atau homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut
langsung hancur, ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit agar
dapat larut ke dalam pelarut setelah dilakukan pengadukan dan ada juga serat
yang tidak larut, hal ini tentu saja sifat ketahanan serat terhadap pelarut
sangat berpengaruh. Serat yang tidak larut dalam uji pelarutan adalah serat
yang secara visual bentuknya tetap dan tidak hancur meski telah dimasukkan ke
dalam pelarut selama beberapa menit dan telah dilakukan pengadukan. Serat yang
larut ke dalam pelarut berarti serat tersebut tidak tahan terhadap sifat kimia
dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam H2SO4
70% hal ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia asam sulfat
yaitu asam sulfat sebagai asam kuat, pelarut atau pereaksi asam formiat
melarutkan serat rayon asetat dan poliamida (Nylon). Serat yang tidak larut ke
dalam pelarut artinya serat tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut
tersebut, misalnya rayon viskosa tidak larut ke dalam HNO3 hal ini
berarti rayon viskosa tahan terhadap sifat kimia HNO3 yaitu sebagai
basa kuat.
Pada pengujian ini
dilakukan pengadukan. Pengadukan dilakukan bertujuan agar serat yang dimasukkan
ke dalam pelarut dapat larut sempurna, kemudian ada juga beberapa serat yang
larut ke dalam pelarut namun dalam jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan
bantuan dari luar yaitu dengan cara diaduk sehingga akan mempercepat serat
larut ke dalam pelarut. Jadi, tujuan dilakaukannya pengadukan adalah
mempercepat serat larut ke dalam pelarut.
Pada uji pelarutan
dilakukan penambahan suhu untuk beberapa pelarut karena ada beberapa jenis
serat yang larut ke dalam pelarut tertentu namun pelarut tersebut harus dalam
suasana panas. Contohnya adalah poliester yang larut dalam basa kuat yaitu NaOH
namun NaOH dalam suasana panas. Jadi, tujuan dilakukannya penambahan suhu
adalah untuk membantu serat agar dapat larut ke dalam suatu pelarut.
Pada percobaan
dilakukan 3x dalam 10 menit artinya dilakukan selama 30 menit. Ada yang melalui
proses tanpa pemanasan dan ada yang tidak. Ada hal yang menarik pada saat
melakukan pengujian yaitu pada saat menggunakan pelarut Aseton, pelarut Aseton
hanya dapat melarutkan Rayon Asetat. Dan pada saat pengujian menggunakan
pereaksi Metil Salisilat dimana pada saat pengujian tanpa proses pemanasan,
metil salisilat tidak melarutkan serat apapun, sedangkan dalam proses pemanasan
metil salisilat melarutkan rayon asetat dan poliester.
Pada saat melakukan
perbandingan hasil antara hasil praktikum pengujian pelarutdan dengan hasil
literatur terdapat beberapa perbedaan yaitu pada pereaksi HNO3
seharusnya wool larut, namun pada saat praktikum dilakukan wool tidak larut
dalam HNO3 , berdasarkan hasil praktikum rayon viskosa
larut dalam NaOH 10% dan NaOH 45% namun secara literatur tidak larut. Pada
perekasi HNO3 rayon asetat dan cuproamonium seharusnya tidak larut
namun berdasarkan hasil praktikum larut. Dan pada serat campuran terdapat larut
sebagian seharusnya tidak larut karena jika dikatakan larut sebagian maka harus
dilakukan pengujian berat awal dan berat akhir sedangkan pada praktikum tidak
dilakukan pengujian berat pada serat tersebut sehingga dinyatakan tidak larut. Berdasarkan
data hasil percobaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa masih ada yang tidak
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan karena :
1.
Jumlah serat yang
dimasukkan kedalam tabung reaksi untuk diuji terlalu banyak, sehingga serat
yang seharusnya sudah larut menjadi belum larut atau hanya larut sebagian.
2.
Lamanya proses
pengadukan dan pemanasan sehingga terjadi serat larut, namun bukan karena
pereaksi namun karena proses mekanik pengadukan tersebut.
BAB
VI
KESIMPULAN
Berdasarkan
data hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Larutan
H2SO4 60% dapat melarutkan serat Rayon Viskosa, sutera,
poliamida, rayon asetat dan rayon cuproamonium.
2.
Larutan
H2SO4 70% dapat melarutkan serat Kapas, Rayon viskosa,
Rami, Sutera, poliamida, rayon asetat dan rayon cuproamonium.
3.
Larutan
HCl 1:1 dapat melarutkan serat poliamida.
4.
Larutan
HNO3 dapat melarutkan serat poliakrilat, poliamida, rayon asetat dan rayon
cuproamonium. Seharusnya larutan HNO3 pun melarutkan wool.
5.
Larutan
Asam Formiat dapat melarutkan serat Poliamida / Nylon dan rayon
asetat.
6.
Larutan
KOH 10% dapat melarutkan serat wool dan sutera baik keadaan suhu kamar maupun keadaan panas.
7.
Larutan
NaOH 10% dalam suhu kamar dapat melarutkan sutera dan wool, dalam keadaan panas
melarutkan sutera, wool, dan poliester. Terdapat kesalahan yaitu rayon viskosa
larut namun dalam literatur tidak larut.
8.
Larutan
NaOH 45% dalam suhu kamar dapat melarutkan sutera dan wool, dalam keadaan panas
melarutkan sutera, wool, dan poliester. Terdapat kesalahan yaitu rayon viskosa
larut namun dalam literatur tidak larut.
9.
Larutan
NaOCL dapat melarutkan serat sutera dan wool
10.
Larutan
Metil salisilat hanya dapat melarutkan serat Poliester dan rayon asetat dalam keadaan mendidih. Dalam keadaan
suhu kamar tidak dapat melarutkan serat apapun.
11.
Larutan
Aseton hanya dapat melarutkan serat rayon asetat.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahan ajar praktikum serat tekstil, Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil 2013
Serat-serat tekstil, Institut Teknologi
Tekstil
Comments
Post a Comment