LAPORAN PRAKTIKUM UJI KERUSAKAN WOOL 1 DAN 2
LAPORAN
PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 1
UJI
KERUSAKAN WOOL 1 DAN 2
(LOGO)
NAMA : NOVIA NURFAJRIANTY
NPM : 16020089
GROUP : K3
DOSEN : MAYA K., S.SiT. M.T.
ASISTEN : KURNIAWAN, S.T., MT / WITRI A.
S., S.ST
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2017
I.
I. MAKSUD
DAN TUJUAN
· Untuk mengetahui dan memahami jenis
kerusakan serat wool yang terjadi dan penyebab dari kerusakan serat tersebut
dengan cara penggelembungan yang akan diamati di mikroskop.
· Untuk mengetahui dan memahami jenis
kerusakan serat wool yang terjadi serta penyebab dari kerusakan serat tersebut
dengan berbagai macam cara yaitu pewarnaan dan mikroskop. Untuk
mengidentifikasi kerusakan pada serat wool apakah terjadi akibat kerusakan
mekanika atau kerusakan kimia.
II. II. DASAR
TEORI
Serat wool merupakan serat terpenting diantara
serat-serat binatang. Serat wool yang berasal dari biri-biri adalah serat yang
halus, biasanya keriting dan tumbuh terus menerus. Jenis biri-biri dan kondisi
sekelilingnya seperti letak geografi, iklim dan makanan menentukan sifat wool
yang dihasilkan terutama diameter dan panjang serat. Selain itu juga
berpengaruh pada kekuatan kilau, keriting, warna dan jumlah kotoran.
Komposisi serat wool:
Komposisi
|
Merino
|
Cross bed
|
Wol/serat
|
49%
|
61%
|
Air
|
10%
|
12%
|
Lilin
|
16%
|
11%
|
Keringat
|
6%
|
8%
|
Debu/Kotoran
|
19%
|
8%
|
|
Wool adalah serat tekstil yang terdiri dari susunan
protein tinggi yang merupakan polimer hasil kondensasi antara asam amino.
Struktur kimia wol tersusun dari asam amino dan keratin, diantara rantai utama
terdapat ikatan silang berupa ikatan sistina/jembatan belerang (hal ini tidak
dimiliki oleh sutera).
|
Struktur Fisika serat Wol
Serat wol
terdiri dari dua-tiga lapisan yaitu:
1. Kutikula,
yang merupakan lapisan terluar, terdiri dari sisik-sisik tanduk pipih yang
saling bertumpuan seperti susunan genting. Ujung sisik menunjuk ke ujung serat.
2. Corter,
yang merupakan bagian yang lebih dalam, terbentuk dari bercah-bercah berbentuk
jarum kecil yang disebut sel-sel kortikel. Bagian ini merupakan 90% dari serat.
3. Beberapa
wol yang sangat kasar memiliki medulla yang berupa saluran kosong atau
terisi dengan susunan sel seperti rumah lebah.
Serat wol memiliki sifat keriting alam
yang berdimensi tiga. Keriting tersebut akibat perkembangan sel-sel kortikel
yang tidak sama dan bervariasi dengan kehalusan serat. Serat yang halus
mempunyai pengeritingan sebanyak 75 tiap cm, sedangkan wol kasar lebih sedikit.
Wol adalah serat bi-komponen yang
terjadi dari dua komponen yang berdampingan. Kedua komponen tersebut memiliki
daya gelembung yang berbeda apabila basah. Pada waktu basah pengeritingan lebih
sedikit dari pada waktu kering. Keriting tersebut memberikan daya kohesi yang baik
dengan lenting dan pegangan yang enak.
Serat wol memiliki sifat
bergelombang seperti pegas oleh karena itu apabila serat diregangkan maka akan
lurus, namun apabila dilepaskan akan kembali bergelombang.
Struktur Kimia serat Wol
Wol merupakan jenis protein yang
disebut keratin. Keratin terjadi dari beberapa asam amino yang digabungkan
membentuk rantai polipeptida yang diikat silang dengan ikatan sistina dan
ikatan garam. Ikatan ikatan silang inilah yang menyebabkan wol bersifat lenting
dan mudah kembali kebentuk semula.
Analisa kimia menunjukkan bahwa wol terdiri dari :
§ Karbon: 50 %
§ Hidrogen: 8%
§ Nitrogen:
16,5%
§ Sulfur:3,5%
§ Oksigen:22%.
Angka diatas adalah kira-kira saja
karena wol tidak homogen. Kadar hidrogen dan sulfur berbeda antara satu serat
dengan yang lain karena disebabkan oleh pengaruh sinar matahari atau perbedaan
jenis makanan yang dikonsumsinya. dibawah ini adalah struktur molekul dari
serat wol atau komposisi serat wol
|
Ikatan yang terjadi
antara amida dengan asam amino adalah ikatan hidrogen, ikatan garam dan ikatan
sistin/disulfida.
Ikatan hidrogen dan
ikatan garam menyebabkan wool bersifat elastis, sedangkan jembatan sistin
menyebabkan wool bersifat keriting. Apabila wool diperiksa dengan sinar-X, akan
menunjukkan pola yang teratur meskipun agak baur yang menunjukkan bahwa
sebagian serat wool dalam bentuk kristal.
Ikatan pada wool
dipengaruhi oleh suasana larutan (pH stabil antara 4-8). Ion H+ dan
ion OH- berlebih dapat memutuskan ikatan garam (pH < 4 ; pH >
8).
R-COO- + NH3R’
+ H+
R’NH3 + HOOCR
|
Kelembaban tinggi menyebabkan terjadinya
lapisan elektrik antara muatan [+] dan [-] sehingga ikatan pada jembatan garam
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan tarik.
Bentuk
dan Dimensi Serat
·
Dimensi wool rata-rata berkisar antara
16-17 µ.
·
Keriting, wool mempunyai keriting tiga
dimensi yaitu bergelombang menurut bidang.
·
Penampang lintang serat, bentuk
penampang lintang wool bervariasi dari bulat sampai lonjong.
·
Panjang, panjang staple wool terutama
ditentukan oleh jenis biri-biri tetapi juga tergantung pada kondisi selama
pertumbuhan wool.
Sifat
fisika
·
Kilau
Kilau wool berbeda-beda dan
bergantung pada struktur permukaan serat, ukuran serta lurus tidaknya serat,
kilau wool ini tidak tampak pada satu serat, hanya tampak dalam suatu kelompok
benang atau kain.
·
Berat Jenis dan Indeks Bias
Berat jenisnya 1,304 sedangkan
indeks bias 1,553-1,542
·
Kekuatan dan mulur
Kekuatan serat dalam keadaan kering
berkisar antara 1,2-1,7 g/denier dengan mulur 30-40%, sedangkan kekuatan serat
dalam keadaan basah berkisar antara 0,8-1,4 g/denier dengan mulur 50-70%.
·
Elastisitas
Dalam air dingin wool mempunyai
elastisitas sempurna
·
Set dan Pengerutan
Dalam air panas wool mempunyai
sifat lain, apabila serat wool ditarik sampai mulur 50% di dalam air mendidih
dan dibiarkan selama 30 menit dalam keadaan tetap tegang, setelah itu
dilepaskan didalam air dingin, wool tersebut tidak akan mengkeret. Serat
tersebut dikatakan telah di “set”. Set dan pengerutan hebat juga bisa dilakukan
pada wool pada suhu rendah dari suhu didih air, tetapi pengaruhnya banyak
berkurang.
·
Pengaruh sinar
Sinar matahari menyebabkan
kemunduran kekuatan dan mulur serat wool karena putusnya ikatan lintang sistin
dan sinar dapat pula menyebabkan timbulnya warna kuning pada wool.
·
Sifat panas
Wool mempunyai sifat menahan panas
yang baik
Sifat kimia
·
Pengaruh air dan uap
Dalam air serat wool akan
menggelembung dan derajat penggelembungan wol bergantung pada suhu air dan
tegangan serat.
·
Asam dan Basa
Seperti protein-protein yang lain,
wool bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa.
·
Garam
Garam-garam yang bersifat asam atau
alkali mempunyai sifat seperti asam-asam atau alkali pada pH yang sesuai.
·
Zat-zat oksidator dan reduktor
Wool peka terhadap zat-zat
oksidator. Zat-zat oksidator kuat akan merusak serat karena putusnya ikatan
lintang sistin.
·
Bakteri dan jamur
Dibandingkan dengan serat alam yang
lain, wool paling tahan terhadap serangan jamur dan bakteri. Wool yang masih
baik tahan terhadap serangan jamur dan bakteri tetapi akan mudah terserang
jamur dan bakteri apabila wool telah rusak oleh zat-zat kimia terutama alkali.
Wool mudah rusak karena dimakan serangga. Untuk mencegah serangan biasanya
dikerjakan dengan insektisida atau dimofisikasi secara kimia.
Idenfikasi
kerusakan serat wool
Jenis kerusakan pada bahan tekstil
dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: kerusakan mekanika dan kerusakan
kimia.
Kerusakan
mekanika
Serangan serangga
Kerusakan yang
disebabkan karena serangan serangga biasanya terjadi pada serat yang berasal
dari polimer alam baik selulosa maupun protein. Jenis kerusakan ini digolongkan
pada kerusakan mekanika, karena larva serangga memakan serat yang menyebabkan
kerusakan mekanika.
Kerusakan karena
serangga dapat dengan mudah ditunjukkan dengan pengamatan secara visual pada
pola-pola kerusakannya. Contoh uji mungkin mengandung bagian-bagian yang
terserang, yang dapat ditunjukkan dengan adanya jaring-jaring sarang serangga
atau bekas gigitan serangga.
Wool mudah atau
tidak tahan serangga, karena sebagian besar wool terdiri dari keratin yang
dapat digunakan sebagai sumber makanan. Kerusakan yang terjadi yaitu terdapat
lubang-lubang kecil dan kadang menembus pada setiap lipatan bahan. Untuk
menghindari kerusakan tersebut maka ikatan disulfida diubah menjadi
bistioester.
Gesekan
Kerusakan karena
gesekan biasanya terbatas pada serat dalam benang atau kain. Kerusakan dapat
terjadi pad asetiap tingkat pengolahan dari permintalan sampai hasil akhir dan
seringkali kerusakan tersebut tidak diketahui sebelum hasil akhir diperiksa.
Pengamatan pola kerusakan, yaitu benang yang tergesek permukaannya lebih berbulu
daripada yang biasa dan mengandung serat-serat yang tampak terpotong, tersikat
atau terkoyak-koyak apabila dilihat dengan mikroskop. Gesekan pada proses
penggulungan dan pertenunan dapat menyebabkan permukaan benang berbulu atau
putus benang, dan umumnya terdapat di daerah tepi kain. Rol penggulung kain
dapat juga menyebabkan gesekan. Kerusakan gesekan sukar diketahui pada kain
grey, tetapi pengerjaan basah akan menampakkan kerusakan tersebut.
Putus karena tarikan
dan potongan
Kerusakan ini
dapat dibedakan dengan melihat ujung serat di bawag mikroskop. Kerusakan karena
tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari campuran serat
putus dan tidak putus sedangkan serat terpotong biasanya ujungnya rata.
Tusukan
Sering terdapat
adanya tusukan atau lubang kecil pada kain dalam suatu pola yang berulang,
cacat ini disebabkan oleh suatu titik kasar pada rol logam atau sepotong logam
kecil yang tertanam pada rol lunak. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop
akan menunjukkan adanya serat yang terpotong atau hancur. Banyak pabrik
penyempurnaan tekstil yang membuat tabel mengenai rol-rol yang dilewati kain
sehingga sumber kerusakan tersebut dengan mudah dapat dicari.
Kerusakan
kimia
Kerusakan kimia
dapat disebabkan oleh serangan jasad renik (microbial attack), cahaya, panas
serta pengerjaan dengan menggunakan zat kimia. Pada umumnya kerusakan serat
karena zat kimia dapat dibedakan dari kerusakan mekanika dengan cara mengukur
fluiditas serat.
Serangan jasad renik
(microbial attack)
Serangan jasad renik
digolongkan kedalam kerusakan kimia karena jasad renik tersebut mengeluarkan
enzim yang dapat menyebabkan kerusakan kimia. Hanya serat dari polimer alam
yang diserang oleh jasad renik dan serat selulosa lebih banyak rusak
dibandingkan dengan serat protein. Serat buatan tidak rusak oleh jasad renik
meskipun penodaan yang timbul dapat mengurangi daya pakainya. Jasad renik akan
tumbuh pada permukaan bahan tekstil apabila suhu, kelembaban, pH
disebelilingnya sesuai dan terdapat sumber makanan bagi jasad renik tersebut.
Jasad renik tumbuh dalam kelompok-kelompok dengan kenampakkan tertentu dan
menimbulkan noda-noda pada serat yang dapat dilihat dengan cahaya biasa atau
dengan cahaya ultra violet.
Cahaya
Kerusakan karena
penyinaran disebabkan karena terjadinya pemutusan ikatan primer, membentuk
gugus-gugus yang dapat ditunjukkan dengan pewarnaan atau titrasi. Kerusakan ini
sangat susah dibedakan dari kerusakan kimia lainnya tetapi kerusakan oleh
cahaya terjadi dalam pola tertentu, hal ini dapat membantu dalam penentuan
kerusakan serat tersebut.
Panas
Kerusakan serat
karena panas dapat ditunjukkan dengan timbulnya penodaan oada dinding primer
selulosa yang berbentuk spiral.
Pengaruh alkali
Wool sangat
tidak tahan terhadap alkali, adanya alkali mengakibatkan ikatan lintang
disulfida mudah sekali putus, sehingga wol menjadi rusak. Wool larut dalam
alkali kuat seperti NaOH dan KOH, sedangkan dalam alkali lemah seperti Na2CO3
dan NH4OH, wool akan rusak merkipun diperlukan waktu yang
lebih lama. Kerusakan wool dalam alkali menyebabkan terbukanya sisik-sisik pada
wool kemudian larut menjadi garam amino karboksilat misalnya dalam larutan NaOH
15% dengan suhu mendidih selama 5 menit, wool akan berubah menjadi garam
natrium dari amino karboksilat.
R – NH3 – OOCR’
+ NaOH RNH2NaOOCR’ + H2O
|
Pengaruh oksidator dan
reduktor
Wool juga larut
dalam larutan NaOCl 5% (Clor aktif). Zat oksidator dapat menyerang jembatan
sistin dan mengoksidasi semua gugus disulfida menghasilkan asam sisteat seperti
asam per aserat.
Wool tahan terhadap reduktor
meskipun reduktor dapat menyerang jembatan sistina, tetapi apabila dioksidasi
akan membentuk jembatan sistina kembali.
Pengaruh asam dan basa
Wool bersifat
amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Adsorpsi asam ataupun
basa akan memutuskan ikatan garam tetapi dapat kembali lagi. Wool lebih tahan
asam kecuali asam pekat panas karena dapat memutuskan ikatan peptida.
Reaksi:
R – S – S – R’ + NaHSO3
R
– S – Na + R’ – S – SO3H
|
|
|
R – S – S – R’ + 2H R – S – Na + R’ – S – SO3H2H
R – S – S – R’ + H2O
Dalam HNO3 wool akan
berwarna kekuning-kuningan karena terjadi proses oksidasi.
Pengaruh air
Air dapat menghidrolisa ikatan disulfida
terutama apabila air tersebut berbentuk uap panas. Dalam air mendidih
bertekanan wool akan rusak permanen karena asam sulfenik yang terbentuk akan
menguraikan wool membentuk sifat permanen.
R – CH2 – S
– OH – NaOH R – CH2
– SOH +R’ – CH2 – SH
R’ – SOH – NH2R’’
R – S – NH – R’’ +H2O
Jika keadaan tersebut terdapat
alkali maka asam sulfenik atau sulfonil akan terbentuk berubah menjadi
anorganik.
R – CH2 – S
– OH – NaOH R – CH2
– S – Ona atau
R – CH2 – S
– H – NaOH R
– CH2 – S - Na
III.
III. ALAT
DAN BAHAN
3.1
Penggelembungan
dengan NaOH 0,1 N
A.
Alat
· Mikroskop
lengkap
· Slide
glass
· Cover
glass
· Pipet
tetes
· Oven
B.
Bahan
· Contoh
Uji ( Serat wool baik, serat wool rusak hipoklorit, serat wool rusak hipoklorit
serat wool rusak asam, serat wool rusak hipoklorit basa, serat wool rusak KmnO4,
serat wool rusak asam, serat wool rusak kaporit, serat wool rusak panas, serat
wool rusak alkali, serat wool rusak H2O2).
· NaOH
0,1 N
3.2
Penggelembungan
dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
A.
Alat
· Mikroskop
lengkap
· Slide
glass
· Cover
glass
· Pipet
tetes
· Oven
B.
Bahan
· Contoh
Uji ( Serat wool baik, serat wool rusak hipoklorit, serat wool rusak hipoklorit
serat wool rusak asam, serat wool rusak hipoklorit basa, serat wool rusak
KmnO4, serat wool rusak asam, serat wool rusak kaporit, serat wool rusak panas,
serat wool rusak alkali, serat wool rusak H2O2).
· KOH
Amoniakal (20 g KOH dilarutkan dalam 50 mL NH4OH pekat)
3.3
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
A.
Alat
· Tabung
reaksi
· Pipet
tetes
· Penangas
air
· Gelas
piala
B.
Bahan
· Contoh
Uji ( Serat wool baik, serat wool rusak hipoklorit, serat wool rusak hipoklorit
serat wool rusak asam, serat wool rusak hipoklorit basa, serat wool rusak
KmnO4, serat wool rusak asam, serat wool rusak kaporit, serat wool rusak panas,
serat wool rusak alkali, serat wool rusak H2O2).
· Larutan
Perak Nitrat Amoniakal
3.4
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (C.I Acid Blue 74)
A.
Alat
· Tabung
reaksi
· Pipet
tetes
· Penangas
air
· Gelas
piala
B.
Bahan
· Contoh
Uji ( Serat wool baik, serat wool rusak hipoklorit, serat wool rusak hipoklorit
serat wool rusak asam, serat wool rusak hipoklorit basa, serat wool rusak
KmnO4, serat wool rusak asam, serat wool rusak kaporit, serat wool rusak panas,
serat wool rusak alkali, serat wool rusak H2O2).
· Larutan
Indigo Carmine jenuh yang diasamkan dengan Asam Sulfat 1 N
3.5
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (C.I Basic Blue 9)
A.
Alat
· Tabung
reaksi
· Pipet
tetes
· Penangas
air
· Gelas
piala
B.
Bahan
· Contoh
Uji ( Serat wool baik, serat wool rusak hipoklorit, serat wool rusak hipoklorit
serat wool rusak asam, serat wool rusak hipoklorit basa, serat wool rusak
KmnO4, serat wool rusak asam, serat wool rusak kaporit, serat wool rusak panas,
serat wool rusak alkali, serat wool rusak H2O2).
· Larutan
Metilen Biru 10g/L yang diasamkan dengan Asam Sulfat 2 N.
3.6
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji C.I Acid Red 1
A.
Alat
· Tabung
reaksi
· Pipet
tetes
· Penangas
air
· Gelas
piala
B.
Bahan
· Contoh
Uji ( Serat wool baik, serat wool rusak hipoklorit, serat wool rusak hipoklorit
serat wool rusak asam, serat wool rusak hipoklorit basa, serat wool rusak
KmnO4, serat wool rusak asam, serat wool rusak kaporit, serat wool rusak panas,
serat wool rusak alkali, serat wool rusak H2O2).
· Larutan
C.I Acid Red 1 1 g/L (0,1%)
IV.
IV. CARA
KERJA DAN EVALUASI
4.1
Penggelembungan
dengan NaOH 0,1 N
A.
Cara
kerja
§ Contoh
Uji dipotong-potong sepanjang 1-2 mm.
§ Letakkan
pada kaca objek dengan menggunakan medium (tetesi NaOH 1 N).
§ Tutup
oleh kaca penutup dan dipanaskan pada oven dengan suhu 40oC selama 3
menit.
§ Amati
di bawah mikroskop.
B.
Evaluasi
Wool yang rusak karena cuaca akan
menggelembung lebih besar dibandingkan dengan wool baik.
4.2
Penggelembungan
dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
A.
Cara
kerja
§ Contoh
Uji yang rusak dan tidak rusak diletakkan pada kaca objek.
§ Tetesi
dengan KOH Amoniakal sebagai medium.
§ Tutup
dengan kaca penutup.
§ Panaskan
dalam oven dengan menggunakan suhu 40oC selama 3 menit.
§ Amati
dibawah mikroskop.
B.
Evaluasi
ü Wool
yang rusak akan menggelembung dengan sangat cepat dengan penggelembungan sangat
besar.
ü Gelembung
timbul disepanjang serat kemudian membentuk blister.
ü Wool
yang tidak rusak menggelembung setelah 5 menit dan akan tampak garis-garis
memanjang dari lapisan fibrilnya.
ü Setelah
10 menit timbul gelembung didalam serat dan dalam 20 menit berkembang menjadi
blister.
ü Wool
yang rusak karena alkali, reaksinya baru berlangsung setelah 30 menit. Apabila
serat tidak berubah tetapi kelihatan seperti kaca dan sisiknya jelas
menunjukkan kerusakan alkali atau panas.
4.3
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
A.
Cara
kerja
· Contoh
Uji direndam dalam larutan perak amoniakal selama 5-10 menit dalam suhu kamar.
· Cuci
dingin dan keringkan dalam oven.
· Kemudian
amati warna yang terjadi.
B.
Evaluasi
Contoh uji yang rusak akan berwarna
coklat sampai hitam (ketuaan warna bergantung pada derajat kerusakan seratnya).
4.4
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (C.I Acid Blue 74)
A.
Cara
kerja
· Contoh
uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu kamar.
· Contoh
Uji dicuci dengan menggunakan air dingin dan dikeringkan dalam oven.
· Kemudian
amati warna yang terjadi.
B.
Evaluasi
Serat yang rusak oleh asam, alkali,
hipoklorit asam dan peroksida akan berwarna biru tua (ketuaan warna tergantung
pada derajat kerusakan seratnya).
4.5
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (C.I Basic Blue 9)
A.
Cara
kerja
· Contoh
Uji direndam dalam larutan Metilen Biru selama 5-10 menit pada suhu kamar.
· Contoh
Uji dicuci dengan menggunakan air dingin dan keringkan dalam oven.
· Kemudian
amati warna yang terjadi.
B.
Evaluasi
Contoh uji yang rusak karena alkali,
hipoklorit dan peroksida akan berwarna biru tua (ketuaan warna tergantung dari
derajat kerusakan seratnya).
4.6
Pengujian
Pewarnaan dengan Uji C.I Acid Red 1
A.
Cara
kerja
· Contoh
uji direndam dalam larutan pereaksi dan dididihkan selama 10 menit.
· Contoh
uji dicuci dengan air dingin dan keringkan dalam oven.
· Kemudian
amati warna yang terjadi.
B.
Evaluasi
Wool rusak dan wool yang diklorinasikan
berwarna merah (ketuaan warna tergantung pada derajat kerusakan seratnya).
Comments
Post a Comment